Rabu, 26 Oktober 2011 0 komentar

Paragraf Deduktif


Paragraf Induktif adalah sebuah karangan paragraf yang mempunyai kalimat utama berada pada akhir kalimat. Bagian awal diawali dengan uraian yang bersifat khusus dan bagian akhir diakhiri dengan pernyataan umum.


Contoh :
             Hari ini dirinya terlihat sangat menarik. Dengan berpakaian seragam, rok yang berwarna abu-abu, bak aju putih, berjilbab abu-abu, tidak lupa dia memakai tas coklat kesayangannya. Kepada setiap orang yang ditemuinya, tak lupa dia beri senyuman. Tidak terhitung berapa orang yang dia senangkan karena keramahannya. Dialah sahabatku yang sangat ku banggakan.

Diatas merupakan salah satu contoh dari paragraf induktif, kalian bisa membuatnya dengan mudah sesuai kreasi. Buatlah contoh diatas sebagai .

Selamat mencoba dan semoga berhasil. sumber: ( www.line-tcs.blogspot.com )
0 komentar

Paragraf Induktif


Paragraf Induktif adalah sebuah karangan paragraf yang mempunyai kalimat utama berada pada akhir kalimat. Bagian awal diawali dengan uraian yang bersifat khusus dan bagian akhir diakhiri dengan pernyataan umum.


Contoh :
             Hari ini dirinya terlihat sangat menarik. Dengan berpakaian seragam, rok yang berwarna abu-abu, bak aju putih, berjilbab abu-abu, tidak lupa dia memakai tas coklat kesayangannya. Kepada setiap orang yang ditemuinya, tak lupa dia beri senyuman. Tidak terhitung berapa orang yang dia senangkan karena keramahannya. Dialah sahabatku yang sangat ku banggakan.

Diatas merupakan salah satu contoh dari paragraf induktif, kalian bisa membuatnya dengan mudah sesuai kreasi. Buatlah contoh diatas sebagai acuannya.

Selamat mencoba dan semoga berhasil. sumber:  ( www.line-tcs.blogspot.com )
0 komentar

Paragraf Campuran


Paragraf campuran adalah kalimat karangan paragraf yang kalimat utamanya terdapat di awal dan akhir kalimat.

Contoh :
              Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu hidup dengan membutuhkan orang lain. Misalnya saja kita ingin bermain, tidak mungkin kan kita bermain sendiri? Pasti membutuhkan partner bermamin. Andaikan saja setiap manusia tidak saling membutuhkan, kita pasti ketika melakukan aktifitas sendirian, rasanya sangat tidak enak dan tidak nyaman. Maka dari itu, manusia merupakan makhluksosial.

Bagaimana? mudah dan simple kan! Silahkan saja langsung anda buat, karena untuk membuatnya tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama, cukup singkat waktu saja.

Semoga ilmu ini dapat bermanfaat. sumber:  ( www.line-tcs.blogspot.com )
0 komentar

Paragraf Ineratif


Paragraf Ineratif adalah sebuah karangan paragraf yang terdapat kalimat utama yang kalimat utamanya disampaikan secara tersirat, tidak disebutkan secara langsung.


Contoh :
             Seminggu menjelang hari raya Idhul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.

Nah, diatas merupakan slah satu contoh paragraf ineratif. Mudah kan? pastinya iya. Untuk lebih memahaminya, silahkan langsung saja kalian praktikkan untuk membuatnya. Semoga Ilmu kalian semakin bertambah dan dapat bermanfaat.
0 komentar

Paragraf Narasi


Paragraf Narasi adalah sebuah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang dalam ceritanya sesuai dengan urutan kejadian. Terdapat tokoh, alur cerita, setting, dan konflik. Paragraf narasi tidak mempunyai paragraf utama


Ciri-ciri paragraf narasi :
1. Terdapat konflik
2. Terdapat setting
3. Berdasarkan urutan kejadian
4. Terdapat tokoh yang diceritakan
5. Sudut Pandang
6. Fiksi dan nonfiksi
7. Terdapat alur

Contoh :
             Kutaruh sepeda motorku di tempat parkir sekolahanku. Dan mulailah kegiatan mencari ilmuku sampai pukul 15.00. 8 jam sudah aku mencari ilmu, membuat pikiranku terasa tegang karena seharian berpetualang keluar rumah untuk mencari ilmu. 30 menit setelah pulang, kugunakan untuk shalat ashar di masjid. Pukul 16.00 aku sudah di rumah dan kuistirahatkan jiwa ragaku ini untuk memulihkan segala tenaga yang telah kukeluarkan hari ini.

Mudah kan ilmu tentang paragraf narasi kali ini? Pastinya mudah koq, setelah mengerti dan faham. Coba buat paragraf narasi supaya kalian semakin mamahami tentang bahasan yang ini. Ok!
Semoga berhasil...!
0 komentar

Paragraf Deskripsi


Paragraf deskripsi/ deskriptif adalah paragraf yang isinya menggambarkan sesuatu dengan mendetail, jelas, dan terperinci.  Paragraf Deskripsi ini bertujuan untuk memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya terhadap sesuatu sampai pembaca seolah-olah dapat merasakan, mendengar, melihat, dan dapat mendeskripsikannya.


Ciri-ciri Paragraf Deskripsi :
1. Isinya merupakan gambaran dari suatu obyek
2. Menggambarkan secara menyeluruh, terperinci, dan mendetail
3. Melibatkan seluruh panca indera
4. Lebih mengutamakan perasaan daripada pikiran

Contoh :
             Setiap pagi merupakan hal yang sangat ku sukai, karena di pagi hari saat aku berangkat sekolah ada suatu teman yang selalu setia denganku. Temanku ini adalah sepeda motorku, ia tak pernah mengecewakanku. Dia selalu menurut dengan perintahku. Saat aku membelokkan setir kemudi sepeda kekiri untuk berbelok, dia pun ikut berbelok. Setiap aku gas sepedaku, semakin kencang pula dia berlari. Aku dahulu pernah melukai sepda tercintaku ini, aku menjatuhkannya. Dia lecet dan tergores kulitnya. Namun, aku sekarang tidak akan membuat kesalahan pada sepeda ku lagi, aku akan lebih berhati-hati.

Berikut diatas merupakan salah satu contoh dari paragraf deskripsi. Bagaimana bahasan kali ini? mudah dipahami kan pastinya! Sekarang, untuk lebih maresapnya pelajaran ini pada pikiran anda, praktekkan untuk membuat contohnya dengan acuan ciri-ciri yang telah disebutkan.

Selamat mencoba...
Semoga sukses...!
1 komentar

Paragraf Persuasif


Paragraf persuasif adalah sebuah karangan yang dibuat bertujuan meyakinkan dan mengajak pembaca ataupun pendengar untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. 


Ciri-ciri paragraf persuasif  sebagai berikut :
1. Menjelaskan sesuatu
2. Memberikan fakta/ alasan yang kuat untuk meyakinkan pembaca
3. Dalam karangan paragraf, terdapat kalimat ajakan

Langkah-langkah membuat paragraf persuasif :
1. Tentukan topik dan tujuan
2. Mengumpulkan bahan
3. Membuat kerangka
4. Mengembangkan kerangka menjadi paragraf dan disisipkan atau diberi kalimat ajakan

Contoh :
             Telah kita rasakan bahwa tahun ini keadaan cuaca di Negeri ini semakin panas dari tahun yang lalu. Ini pasti efek dari pemanasan global. Banyak daerah yang mengalami kekeringan, kekurangan air bersih. Keadaan ini diperburuk dengan semakin banyaknya penebangan pohon-pohon dihutan dengan berlebihan yang tidak diimbangi dengan penghijauan dan penanaman kembali. Jika ini terus dilanjutkan, maka peradaban manusia pun bisa saja makin lama jadi berkurang. Untuk mencegah dari buruknya akibat pemanasan global ini, sebaiknya kesadaran untuk hidup sehat, bersih, dan cinta alam harus kita mulai dari diri pribadi kemudian kita tularkan ke orang lain. Untuk mendukung keberlangsungan kehidupan anak cucu di bumi tercinta ini, mari kita tanamkan hidup untuk mencintai alam.

Nah, selesai sudah pelajaran tentang paragraf  Persuasif. Pasti langsung mengerti apa itu paragraf persuasif, karena anda semua adalah manusia pilihan. Untuk lebih masuknya materi bahasan ini pada diri anda, langsung saja membuat contohnya dengan mengacu pada ciri dan melihat langkah diatas.

Selamat mencoba...

1 komentar

Paragraf Argumentasi


Paragraf argumentasi adalah sebuah karangan yang didalamnya terdapat alasan yang kuat dan meyakinkan. Tujuan paragraf argumentasi dibuat adalah untuk mempengaruhi pandangan pembaca yang awalnya A dapat dirubah menjadi B oleh penulis. Semakin kuat alasan dan bukti fakta yang dicantumkan dalam sebuah karangan, semakin bertambah besar pula kesempatan untuk bisa mempengaruhi pembaca. Isinya dapat berupa mengungkapkan sebuah ide, gagasan ataupun pendapat.

Ciri-ciri paragraf argumentasi :
1. Isinya berupa ide atau gagasan
2. Pengembangan disertai alasan dan fakta yang logis
3. Bersifat ilmiah
4. Diakhir paragraf ada kesimpulan
5. Dapat meyakinkan pembaca

Dasar paragraf argumentasi adalah dapat berpikir kritis dan logis. Karena sebab itu, harus disertai dengan bukti-bukti yang konkrit dan dapat dipertanggungjawabkan. Fakta tersebut bisa diambil dengan berbagai cara, misalnya : buku, penelitian, wawancara dari sumber terpercaya, dan lain sebagainya.

Langkah-langkah membuat argumentasi agar mudah untuk membuatnya :
 1. Menentukan tema
2. Merumuskan tujuan
3. Mengumpulkan bahan yang berasal dari penelitian, angket, observasi, ataupun yang sejenisnya
4. Menyusun kerangka
5. Mengembangkan paragraf menjadi paragraf yang benar
6. Menentukan judul
Langkah diatas sama seperti dengan cara membuat paragraf persuasif dan eksposisi.

Contoh :
            Sebaiknya di musim kemarau panjang ini setiap orang harus menghemat pemakaian air. Misalnya ketika mandi, jangan sampai terlalu banyak/ over dalam menggunakan air, karena itu akan sia-sia. Jika disia-siakan nanti kita akan menyesal sendiri ketika air itu sulit dan bahkan untuk didapatkan akibat kemarau panjang. Banyak petani yang membutuhkan air untuk mengairi sawah mereka, tetapi mereka kesulitan dalam mendapatkannya. Dan disisi lain, ada orang yang berkecukupan malah menghambur-hamburkan air. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh, jika lingkungan kotor, gersang, tidak ada banyak tumbuhan/ pohon, maka riwayat tempat itu bakal terjadi kekeringan, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, mari kita lebih selektif dan berpikir lebih maju dalam memanfaat suatu barang, dan juga mari kita jaga lingkungan alam Indonesia tercinta agar ekosistem di bumi ini damai kembali.

Nah, bagaimana bahasan argumentasi sekarang? Pastinya mudah. Beruntung sekali anda yang senang mencari ilmu pengetahuan. Maka pengetahuan itu akan bermanfaat dikemudian waktu, dan itu pasti. Sekarang untuk lebih memperdalam materi, silahkan langsung anda buat contohnya agar materi ini tidak terhapus dari memori otak anda.

Good luck Guys...!
Salam para pencari ilmu...
1 komentar

Paragraf Eksposisi


Apa anda pernah memmbaca sebuah artikel/ karangan tetang lidah buaya? Dan anda dapat mengetahui fungsi, bentuk, ciri, cara merawat dengan jelas. Maka, karangan seperti ini telah menggunakan pola pengembangan paragraf eksposisi atau disebut juga ekspositoris. Inti utama dari eksposisi yaitu penjelasan atau paparan. Tujuan karangan ini yaitu memberi informasi/ penjelas kepada pembaca dengan mengembangkan gagasan utama.

Ciri-ciri Paragraf Eksposisi :
1. Isi berupa informasi/ penjelas.
2. Disertai dengan contoh, fakta, angka, dan sebagainya.
3. Memberikan informasi sejelas-jelasnya.
4. Diakhir karangan ada penegasan

Langkah-langkah Membuat Eksposisi agar Mudah adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tema
2. Merumuskan tujuan
3. Mengumpulkan bahan yang berasal dari penelitian, angket, observasi, ataupun yang sejenisnya
4. Menyusun kerangka
5. Mengembangkan paragraf menjadi paragraf yang benar
6. Menentukan judul
Langkah diatas sama seperti dengan cara membuat paragraf persuasif dan Argumentasi.

Contoh :
             Flu burung merupakan sebuah penyakit yang mematikan dan mudah sekali untuk menyebar ke manusia maupun hewan unggas lainnya. Kasus ini mulai ada di daerah Jawa Tengah, awalnya hanya ada disebuah desa namun semakin lama menyebar. Karena pemerintah mulai tahu adanya penyakit ini, mereka dengan aparat desa langsung menyemprot faksin agar tidak lebih meluas virus ini. Untuk mencegahnya tertular, jangan menyentuh kotoran ayam yang terjangkit, segera cuci tangan setelah menyentuh unggas, jika ada gejala segeralah ke dokter dan pakai masker. Jadi,  hati-hati dengan penyakit flu burung. Jangan sampai ada di lingkungan anda, karena penyakit ini sangat berbahaya.

Nah, diatas merupakan bahasan tentang bab Eksposisi/ Ekspositoris. Lumayan mudah kan bahasan kali ini. Seperti sebelumnya, setelah membaca ilmu ini, segaralah membuat contohnya dengan mengacu pada ciri dan langkahnya agar bahasan ini mengakar pada pikiran anda.

Selamat mencoba...!
0 komentar

Kata Sambung

Kata sambung (konjungsi) adalah kata yang digunakan untuk menyambung atau menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf, ide-ide dengan ide-ide, dan sejenisnya.

Ragam kata sambung :

a. Kata sambung asal, misalnya : dan, maka, sedang, hingga, meski, lalu, bila, sambil, atau, serta, karema, jika, dll.

b. Kata sambung jadian / bentukan:

- kata ulang, misalnya : jangan-jangan, seakan-akan, kalau-kalau, dll.

- kata sambung majemuk, misalnya : apabila, lagi pula, karena itu, andaikata, sebab itu, dll.

- kata sambung berimbuhan, misalnya : sebelum, selama, sehingga, seandainya, sekiranya, melainkan, semenjak, andaikan, bagaikan, asalkan, sedangkan, jangankan, walaupun, meskipun, kendatipun, bermula, sebermula, dll.

Makna kata sambung :

a. Sebagai pengantar (kalimat), misalnya : alkisah, syahdan, arkian, maka, sebermula, bahwasanya, hatta, adapun, dll.

b. Sebagai himpunan / kumpulan, misalnya : dan, lagi, dengan, lagi pula, tambahan lagi, dll.

c. Yang menyatakan pertentangan, misalnya : tetapi, hanya, sedangkan, biar, meski, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, melainkan, dll.

d. Yang menyatakan sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena, dll.

e. Yang menyatakan akibat, misalnya : sampai, sehingga, sebab itu, karena itu, sampai-sampai, dll.

f. Yang menyatakan waktu, misalnya : bila, waktu, ketika, mula-mula, apabila, bilamana, sebelum, selama, setelah, tatkala, semenjak, sesudah, setelah, dll.

g. Yang menyatakan tempat, misalnya : sampai, hingga.

h. Yang menyatakan maksud, misalnya : supaya, agar, agar supaya.

i. Yang menyatakan syarat, misalnya : asal, asalkan, jika, andaikata, kalau, seandainya, dll.

j. Yang menyatakan perwatasan, misalnya : kecuali.

k. Yang menyatakan keadaan/perihal, misalnya : sambil, seraya.

l. Yang menyatakan perbandingan, misalnya : seperti, bagaikan, sebagai, seakan-akan, dll.

m. Yang menyatakan modalitas, misalnya : jangan-jangan, kalau-kalau.

(Disarikan dari : Tatabahasa Indonesia - Soekono Wirjosoedarmo)
0 komentar

Urgensi Pemahaman Konsep Kalimat Sederhana

Apabila pertama kali mengajar di kelas baru, saya selalu membuat eksperimen kepada para siswa. Eksperimen tersebut adalah memberikan kepada mereka untuk menentukan unsur-unsur kalimat (S-P-O-Pel-K) dari kalimat-kalimat berikut.
1. Saya mengajar di kelas.
2. Saya mengajar.
3. Saya di kelas.
4. Adiknya cantik.
5. Motornya dua.
6. Paman dari Jakarta.
Jawabannya ternyata hampir sama, yaitu umumnya para siswa benar untuk kalimat (1) dan (2), sedangkan kalimat (3, (4), (5), dan (6), salah. Jawabannya sebagai berikut.
1. Saya mengajar di kelas. (SPK)
2. Saya mengajar. (SP)
3. Saya di kelas. (SK)
4. Adiknya cantik. (SK)
5. Motornya dua. (SK)
6. Paman dari Jakarta. (SK)
Padahal yang benar; kalimat (1) SPK, kalimat (2), (3), (4), (5), dan (6) semuanya berpola SP.

Eksperimen yang sama juga selalu saya lakukan pada saat membina matakuliah bahasa Indonesia di PTS. Hasilnya juga sama, tidak dapat membuat kalimat sederhana dengan benar.

Pemahaman Konsep Yang Salah
Kesalahan siswa secara umum dapat diasumsikan penyebabnya adalah kesalahan guru dalam mengajar. Dimungkinkan pula penyebabnya karena pemahaman konsep yang salah dari para guru. Pemahaman konsep yang salah saat penyampaikan pembelajaran mengakibatkan kesalahan berjamaah. Padahal yang saya eksperimenkan masih berupa kalimat sederhana, belum menguji topik kalimat tunggal apalagi kalimat majemuk.
Pemahamanan konsep terhadap kalimat sederhana sangat urgen. Hal ini karena kalimat sederhana merupakan dasar dari pembuatan kalimat tunggal bahkan kalimat mejemuk. Pemahaman yang salah terhadap konsep kalimat sederhana akan berakibat pada pemahaman konsep kalimat tunggal maupun majemuk. Karena itu agar dapat membuat kalimat dengan baik dan benar harus dimulai dengan pembuatan kalimat sederhana yang benar.

Pengetahuan Berbahasa VS Ketrampilan Berbahasa
Bila kita tes siswa kita mengarang, mereka umumnya mampu membuat kalimat secara lancar. Namun bila kita teliti lebih jauh, tatabahasa mereka belepotan di sana-sini. Pembelajaran bahasa Indonesia yang bertumpu pada ketrampilan berbahasa relatif berhasil, namun gagal pada pemahaman konsep tatabahasanya. Hal ini dapat dimaklumi karena memang materi pembelajaran tatabahasa tidak digariskan dengan jelas dalam silabus kurikulum 2006.
Memang kisi-kisi materi uji ujian nasional lebih menekankankan pada ketrampilan berbahasa. Hal ini berbeda dengan materi ujian SMPB / SNMPTN yang lebih menekankan aspek pengetahuan bahasa (tatabahasa). Terdapat jurang pemisah yang sangat lebar antara kisi-kisi materi ujian nasional dengan SPMB / SNMPTN. Akibatnya, bila guru mengajar hanya menekankan pada Kurikulum 2006, maka akan mengorbankan siswanya masuk PTN. Karena itu, meskipun tidak tercantum dengan eksplisit dalam kurikulum guru sekali-sekali harus berimprovisasi mengajarkan materi tatabahasa untuk mempersiapkan para siswanya sukses SPMB / SNMPTN.
0 komentar

Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Satu klausa tersebut ditandai oleh satu pola S (Subjek) dan satu P (Predikat). Adapun O (Objek), Pel (Pelengkap), dan K (Keterangan) keberadaannya bisa ada atau tidak ada.
Berdasarkan keberadaan P-nya, kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu :
A. Kalimat Nominal,
B. Kalimat Verbal,
C. Kalimat Ajektival,
D. Kalimat Numeral,
E. Kalimat Preposisional,
F. Kalimat Masdar.

A. Kalimat Nominal
Kalimat Nominal adalah kalimat yang P-nya berupa kata benda.
Misalnya :
a. Ayahnya sopir di kampungnya.
b. Ibunya guru di SMA 16.
c. Kakaknya pedagang asongan.
d. Adiknya pemain bola.
Kata-kata : sopir, guru, pedagang asongan, dan pemain bola adalah kata benda. Kalimat-kalimat tersebut sudah memenuhi syarat sebagai kalimat baku karena minimal sudah memiliki SP. Kalimat-kalimat di atas sering disisipi ‘adalah atau ialah’ sebagai kopula untuk memperjelas kedudukannya sebagai P untuk kata sesudahnya.

B. Kalimat Verbal
Kalimat Verbal adalah kalimat yang P-nya berupa kata kerja. Kalimat verbal dapat digolongkan lagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Kalimat Taktransitif
Kalimat ini hanya berpola SP, tanpa diikuti unsur O, maupun Pel, namun bisa ditambahkan K.
Contoh :
(1) Ia tidur di kantin.
(2) Mereka pergi ke Makasar.
(3) Anisa menangis kemarin.
(4) Imam makan.
b. Kalimat Ekatransitif
Kalimat ini berpola SPO, tanpa diikuti Pel, namun bisa ditambahkan K
Contoh :
(1) Romy menarik paku dari ban motornya.
(2) Erwin memotong kabel listrik kemarin.
(3) Joni menangisi kepergian adiknya.
(4) Mereka menulis surat protes kepada panita.
c. Kalimat Dwitransitif
Kalimat ini berpola SPOPel, namun bisa ditambahkan K
Contoh :
(1) Ayah membelikan adik baju baru kemarin.
(2) Dia menjuluki pacarnya “Kucing Garong”.
(3) Mereka mengijinkan kami buka suara.
(4) Kami menyatakan hal itu salah alamat.
d. Kalimat Semitransitif
Kalimat ini berpola SPPel, tanpa O, boleh ditambahkan K.
Contoh :
(1) Anak itu bermain bola.
(2) Mereka berjualan koran di perempatan jalan.
(3) Kakek kejatuhan kelapa di kebun.
(4) Keputusan itu berdasarkan musyawarah.
(5) Hal itu merupakan konsekwensi kita.
(6) Sekarang ia menjadi bupati.

C. Kalimat Ajektival
Kalimat ajektival adalah kalimat yang P-nya berupa kata sifat.
Contoh :
(1) Adiknya cantik.
(2) Ibunya guru itu sangat ramah.
(3) Rumahnya megah sekali.
(4) Kakahnya sombong.
Kata-kata : cantik, sangat ramah, megah sekali, dan sombong adalah kata sifat. Kalimat-kalimat tersebut juga sudah memenuhi syarat sebagai kalimat baku karena minimal sudah memiliki SP.

D. Kalimat Numeral
Kalimat Numeral adalah kalimat yang P-nya berupa kata bilangan.
Misalnya :
(1) Mobilnya dua.
(2) Yang hadir enam belas orang.
(3) Kerbaunya tujuh ekor.
(4) Temannya tiga puluh anak per kelas.
Kata-kata : dua, enam belas orang, tujuh ekor, dan tiga puluh anak per kelasadalah kata bilangan. Karena itulah kalimat-kalimat tersebut dinamakan kalimat numeralia.

E. Kalimat Preposisional
Kalimat Preposisional adalah kalimat yang P-nya berupa kata depan.
Contoh :
(1) Ayahnya dari Jakarta.
(2) Ibunya di SMA 16.
(3) Kakaknya ke stasiun kota.
(4) Adiknya di lapangan bola.
Kata-kata : dari Jakarta, di SMA 16, ke stasiun kota, dan di lapangan bola adalah kata-kata yang berkata depan atau berpreposisi.

F. Kalimat Masdar
Pola kalimat sederhana bahasa Indonesia asli S-nya berupa kata benda, sementara P-nya boleh berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, maupun kata bilangan.
Namun demikian, dalam perkembangannya bahasa Indonesia tidak dapat menghindari pengaruh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris termasuk pula dalam ragam kalimatnya.
Dalam bahasa Inggris dikenal gerund, yaitu kalimat yang subjeknya kata kerja.
Contoh :
(1) Fishing is my hobby.
(2) Writing is very difficult for me.

Berdasarkan hal tersebut, dalam bahasa Indonesia dikenal kalimat masdar, yaitu kalimat yang S-nya berupa kata kerja yang dianggap benda.
(1) Memancing adalah hobi saya.
(2) Menulis memang sulit.
(3) Menonton bola mengasyikkan.
(4) Berlari paling saya sukai.
Kata-kata : memancing, menulis, menonton bola, dan berlari adalah kata-kata kerja yang dianggap sebagai kata benda yaitu aktivitasnya.

23 Oktober 2011

Kalimat dan Unsur-unsurnya

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan ujaran yang bermakna lengkap. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru, sedangkan dalam bahasa lisan berupa intonasi berhenti.
Unsur-unsur kalimat dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia_baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1.Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahuan subjek dalam keadaan bagaimana atau sedang melakukan apa. SeIain menyatakan tindakan atau perbuata subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
(1) Ayah sedang tidur siang.
(2) Putrinya cantik jelita.
(3) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(4) Kucingku belang tiga.
(5) Robby mahasiswa baru.
(6) Ibunya penjual gado-gado.
(7) Mobilnya dua.
(8) Paman ke Jakarta.
Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat (1)—(8) adalah P.

Kalimat-kalimat di bawah ini bukan kalimat yang benar karena tidak memiliki P yang jelas.
(9) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(10) Kantor kami yang terletak di depan hotel.
(11) Jakrta yang terkenal sebagai kota metropolitan.
(12) Ina yang cantik itu.
(13) Paman yang ke Jakarta.
Karena belum mempunyai P yang jelas, rangkaian kata-kata yang cukup panjang di atas belum merupakan kalimat, melainkan masih merupakan frase (kelompok kata).

2. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek biasanya berupa kata/frase benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Contoh :
(14) Meja Kepala Sekolah besar sekali.
(15) Ayahku sedang melukis.
(16) Yang berbaju biru paman saya
(17) Berjalan kaki menyehatkan badan
(18) Membangun jalan layang sangat mahal
(19) Kursi itu mahal.
(20) Rumahnya sangat besar.
(21) Motornya dua belas.

Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat (14) - (21) adalah S. S dapat berupa frase benda atau frase verba.
(22) Bagi siswa sekolah dilarang masuk
(23) Bagi yang belum membayar SPP dilarang ikut ujian.
(24) Di sini melayani resep obat generik.
(25) Memandikan adik di pagi hari.
(26) Demi cintaku padanya.
(27) Karena sakit keras.
(28) Untuk pembangunan memerlukan bbiaya banyak.
Contoh (22)-(28) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S yang jelas.

3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif. yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh di bawah ini.
a. Ina merancang gaun pesta.
b. Paman menggali sumur.
c. Juru masak menggoreng mie telor.
d. Ayah mencukur jenggotnya.
e. Tomas melompati pagar.
f. Kucingnya menerkam burung gereja.
Jika P diisi oleh verba intransitif. O tidak diperlukan. Dalam hal ini O tidak wajib hadir. Verba intransitif di bawah ini yang menjadi P dalam contoh tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Ncnck mandi.
b. Ayah tidur.
c. Tamunya pulang.
d. Adik makan.
e. Kucingnya mati.


4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh perbedaannya di bawah ini.

a. Adik memainkan bola. (S P O)
Adik bermain bola. (S P Pel)
b. Ibu menjual gado-gado. (S P O)
Ibu berjualan gado-gado. (S P Pel)
c. Anton menghilangkan HP-nya. (S P O)
Anton kehilangan HP-nya. (S P Pel)

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa bila P verba berawalam {meN-}, maka diikuti O. Namun, bila P verbanya berawalan {ber-} atau {ke-} termasuk juga {ter-} makan diikuti Pel.
Namun demikian, tidak semua kalimat yang P-nya berawalan {meN-} selalu diikuti O. Contoh :

a. Wajahnya menyerupai Habibie. (S P Pel)
b. Idenya merupakan semangat antiperubahan. (S P Pel)

Dalam suatu kalimat, O dan Pel dapat muncul bersama-sama. Letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. WS Rendra membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.Ibu mendongengkan adik Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Ayahku mengirimi kakek kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang S, P, O, dan Pel. Posisinya dapat di awal, di tengah, atau di akhir kaimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, ada 9 macam keterangan, yaitu :
a. Keterangan tempat,
Contoh :
(1) Ayah bekerja di kantor pos.
(2) Paman pergi ke Makasar.
(3) Iman Supandi dari Sumedang.
b. Keterangan waktu,
(1) Sekarang kita ke kantor guru.
(2) Ketika hujan deras, saya di stasiun Gambir.
(3) Sepulang dari sekolah, ia selalu ke bengkel ayahnya.
(4) Sebelum berangkat, mereka bersarapan pagi.
(5) Sepanjang tahun ini, dia dilarang ke luar rumah.
c. Keterangan alat,
(1) Ia memukul ular itu dengan kayu.
(2) Dengan api, kita menguji keaslian logam ini.
d. Keterangan tujuan,
(1) Demi cintanya, dia rela berkorban segalanya.
(2) Supaya naik kelas, kita harus rajin belajar.
(3) Bagi orang tuanya, masalah itu harus dilupakan.
e. Keterangan cara,
(1) Dengan jalan kaki, dia pergi ke sekolah.
(2) Secara berhati-hati, polisi membuka pintu rumahku.
f. Keterangan penyerta,
(1) Dengan adiknya, dia pergi ke Jakarta.
(2) Bersama orang tuanya, Imam melamar kekasihnya.
g. Keterangan similatif,
(1) Bagai tersambar petir, dia menerima berita itu.
(2) Seperti anjing dan kucing saja, jalinan persahabatan mereka.
h. Keterangan sebab,
(1) Ia tidak masuk sekolah, karena sakit.
(2) Dia tidak takut, sebab ayahnya pejabat.
i. Keterangan resiprokal (kesalingan)
(1) Ia dan kekasihnya mencintai satu dengan lainnya.
(2) Ali dan Amir memukul satu sama lainnya.
Minggu, 23 Oktober 2011 0 komentar

Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia".
Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar mirip dengan dialek-dialek terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bahasa Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.

Menurut sejarahnya, bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.
Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.
Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah telanjur diambil oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.

Bahasa Melayu Kuno

Penyebutan pertama istilah "Bahasa Melayu" sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna
yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Berbagai prasasti peninggalan Wangsa Syailendra yang ditemukan itu seperti:
  1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683
  2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684
  3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686
  4. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688
Yang kesemuanya bertuliskan Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.
Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di
  1. Jawa Tengah, Prasasti Gandasuli, tahun 832
  2. Bogor, Prasasti Bogor, tahun 942
Kedua-dua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada ketika itu bukan saja dipakai di pulau Sumatra, melainkan juga dipakai di pulau Jawa.
Berikut ini kutipan sebagian bunyi batu bertulis Kedukan Bukit. Swastie syrie syaka warsaatieta 605 ekadasyii syuklapaksa wulan waisyaakha dapunta hyang naayik di saamwan mangalap siddhayaatra di saptamie syuklapaksa wulan jyestha dapunta hyang marlapas dari minanga taamwan...
(Terjemahan dalam bahasa Melayu sekarang (bahasa Indonesia): Selamat! Pada tahun Saka 605 hari kesebelas pada masa terang bulan Waisyaakha, tuan kita yang mulia naik di perahu menjemput Siddhayaatra. Pada hari ketujuh, pada masa terang bulan Jyestha, tuan kita yang mulia berlepas dari Minanga Taamwan...)
Penelitian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan.

Bahasa Melayu Klasik

Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303.
Seiring dengan berkembangnya agama Islam dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti masuk agama Islam.

Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
  1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
  2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
  3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak, atau Banjarmasin, atau Samarinda, atau Maluku, atau Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan pertama suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhirpun lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
  4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.
Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu lagi seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan persatuan dan kebangsaan.
Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini kemudian distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.

Peristiwa-peristiwa perkembangan bahasa Melayu/ Indonesia

  1. Pada tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan ia dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
  2. Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
  3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
  4. Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.
  5. Pada tarikh 25-28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
  6. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
  7. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
  8. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tarikh 28 Oktober s.d. 2 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
  9. Pada tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
  10. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
  11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
  12. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 21-26 November 1983. Ia diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
  13. Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tarikh 28 Oktober s.d. 3 November 1988. Ia dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
  14. Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tarikh 28 Oktober s.d. 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Syarikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
  15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut.
    1. Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
    2. Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Diolah dari sumber : Wikipedia
0 komentar

HIKAYAT


 Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita , undang-undang, dan silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, histories, biografis; dibacakan untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau untuk meramaikan pesta.(KUBI). Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra prosa lama yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. (Wikipedia)

Penjelasan Lebih Lanjut Download file di bawah ini :

Hikayat
0 komentar

TAJUK RENCANA

Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca.
Ciri-ciri
• Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan
• Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat
• Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional
• Tertuang pikiran subyektif redaksi
Aspek-Aspek yang menjadi fokus dalam tajuk utama
• Judul
• Latar Belakang Masalah
• Tokoh
• Masalah
• Peristiwa yang Disampaikan
• Opini Penulis
• Saran dan Solusi Permasalahan
• Kesimpulan
• Sumber Berita
• Anggota Redaksi (Sumber Wikipedia)

Materi lebih lanjut Download DI SINI
1 komentar

SILOGISME


Premis
Premis adalah kalimat, pernyataan, atau proposisi yang digunakan sebagai dasar penyusunan kesimpulan dalam logika. Premis digolongkan atas premis mayor dan premis minor.
Premis mayor (PM atau Premis Umum) adalah premis yang mengandung term mayor yang akan berperan sebagai predikat dalam kesimpulan. Premis minor (Pm atau Premis Khusus) adalah premis yang mengandung term minor yang akan menjadi subjek dalam kesimpulan. Antara premis mayor dan premis minor dihubungkan oleh sebuah term bernama term tengahan atau term penghubung.
Penarikan kesimpulan berdasarkan premis-premis tersebut dikenal dengan istilah silogisme.
Contoh :.
PM : Semua manusia pasti akan mati.
Pm : Pak Ali adalah seorang manusia.
K : Pak Ali pasti akan mati.
Dalam contoh tersebut, yang disebut term mayor adalah pasti akan mati. Yang disebut term minor adalah Pak Ali. Antara premis mayor dan premis minor dihubungkan oleh term tengahan atau term penghubung Semua manusia.

Jenis Silogisme
Silogisme dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu : (a) silogisme kategorial, (b) silogisme hipotetis, dan (c) silogisme alternatif.

Silogisme kate­gorial
adalah silogisme yang premis mayornya mengacu pada golongan, kelas, atau kategori tertentu yang ditandai dengan kata-kata seperti semua, seluruh, segenap, dan setiap. Premis minor silogisme kategorial menyebutkan anggota atau bagian dari suatu kelas atau kategori yang sudah disebutkan dalam premis mayornya.
Misalnya:
PM : Semua PNS adalah abdi negara dan pelayan masyarakat.
Pm : Pak Amir adalah seorang PNS.
K : Pak Amir adalah abdi negara dan pelayan masyarakat.

Silogisme hipotetis adalah silogisme yang premis mayornya mengandung suatu pengandaian (hipotesis). Dalam sebuah hipotesis terkandung suatu anteseden dan akibat. Bila antesedennya benar, akibatnya juga benar. Demikian pula sebaliknya, bila antesedennya salah, akibatnya juga salah.
Misalnya:
PM : Jika harga produksi pertanian merosot, para petani merugi.
Pm : Harga produksi pertanian merosot.
K : Para petani merugi.
Atau:
PM : Jika harga produksi pertanian merosot, para petani merugi.
Pm : Harga produksi pertanian tidak merosot.
K : Para petani tidak merugi.
Silogisme alternatif adalah bentuk silogisme yang premis mayornya mengandung alternatif atau pilihan. Premis minomya memilih atau menolak salah satu alternatif. Kesimpulannya mengacu pada alternatif yang tidak dipilih atau tidak ditolak oleh premis minor.
Misalnya:
PM : Paman membeli Kijang atau Sedan..
Pm : Paman membeli Kijang
K : Paman tidak membeli Kijang.
Atau:
PM : Ani menjaga rumah atau ikut menon­ton film.
Pm : Ani ikut menonton film.
K : Ani tidak menjaga rumah.

Entimem merupakan silogisme yang diperpendek. Penyusunan sebuah entimem diambilkan dari perpaduan premis minor dan kesimpulan.
Misalnya:
Pak Ali abdi negara dan pelayan masya­rakat karena seorang PNS.
Karena termasuk PNS, Pak Ali merupakan abdi negara dan pelayan masyarakat
0 komentar

Kalimat dan Unsur-Unsurnya


Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan ujaran yang bermakna lengkap. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru, sedangkan dalam bahasa lisan berupa intonasi berhenti.

Unsur-unsur kalimat dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia_baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1.Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahuan subjek dalam keadaan bagaimana atau sedang melakukan apa. SeIain menyatakan tindakan atau perbuata subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
(1) Ayah sedang tidur siang.
(2) Putrinya cantik jelita.
(3) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(4) Kucingku belang tiga.
(5) Robby mahasiswa baru.
(6) Ibunya penjual gado-gado.
(7) Mobilnya dua.
(8) Paman ke Jakarta.
Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat (1)—(8) adalah P.

Kalimat-kalimat di bawah ini bukan kalimat yang benar karena tidak memiliki P yang jelas.
(9) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(10) Kantor kami yang terletak di depan hotel.
(11) Jakrta yang terkenal sebagai kota metropolitan.
(12) Ina yang cantik itu.
(13) Paman yang ke Jakarta.
Karena belum mempunyai P yang jelas, rangkaian kata-kata yang cukup panjang di atas belum merupakan kalimat, melainkan masih merupakan frase (kelompok kata).

2. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek biasanya berupa kata/frase benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Contoh :
(14) Meja Kepala Sekolah besar sekali.
(15) Ayahku sedang melukis.
(16) Yang berbaju biru paman saya
(17) Berjalan kaki menyehatkan badan
(18) Membangun jalan layang sangat mahal
(19) Kursi itu mahal.
(20) Rumahnya sangat besar.
(21) Motornya dua belas.

Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat (14) - (21) adalah S. S dapat berupa frase benda atau frase verba.
(22) Bagi siswa sekolah dilarang masuk
(23) Bagi yang belum membayar SPP dilarang ikut ujian.
(24) Di sini melayani resep obat generik.
(25) Memandikan adik di pagi hari.
(26) Demi cintaku padanya.
(27) Karena sakit keras.
(28) Untuk pembangunan memerlukan bbiaya banyak.
Contoh (22)-(28) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S yang jelas.

3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif. yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh di bawah ini.
a. Ina merancang gaun pesta.
b. Paman menggali sumur.
c. Juru masak menggoreng mie telor.
d. Ayah mencukur jenggotnya.
e. Tomas melompati pagar.
f. Kucingnya menerkam burung gereja.
Jika P diisi oleh verba intransitif. O tidak diperlukan. Dalam hal ini O tidak wajib hadir. Verba intransitif di bawah ini yang menjadi P dalam contoh tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Ncnck mandi.
b. Ayah tidur.
c. Tamunya pulang.
d. Adik makan.
e. Kucingnya mati.


4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh perbedaannya di bawah ini.

a. Adik memainkan bola. (S P O)
Adik bermain bola. (S P Pel)
b. Ibu menjual gado-gado. (S P O)
Ibu berjualan gado-gado. (S P Pel)
c. Anton menghilangkan HP-nya. (S P O)
Anton kehilangan HP-nya. (S P Pel)

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa bila P verba berawalam {meN-}, maka diikuti O. Namun, bila P verbanya berawalan {ber-} atau {ke-} termasuk juga {ter-} makan diikuti Pel.
Namun demikian, tidak semua kalimat yang P-nya berawalan {meN-} selalu diikuti O. Contoh :

a. Wajahnya menyerupai Habibie. (S P Pel)
b. Idenya merupakan semangat antiperubahan. (S P Pel)

Dalam suatu kalimat, O dan Pel dapat muncul bersama-sama. Letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. WS Rendra membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.Ibu mendongengkan adik Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Ayahku mengirimi kakek kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang S, P, O, dan Pel. Posisinya dapat di awal, di tengah, atau di akhir kaimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, ada 9 macam keterangan, yaitu :
a. Keterangan tempat,
Contoh :
(1) Ayah bekerja di kantor pos.
(2) Paman pergi ke Makasar.
(3) Iman Supandi dari Sumedang.
b. Keterangan waktu,
(1) Sekarang kita ke kantor guru.
(2) Ketika hujan deras, saya di stasiun Gambir.
(3) Sepulang dari sekolah, ia selalu ke bengkel ayahnya.
(4) Sebelum berangkat, mereka bersarapan pagi.
(5) Sepanjang tahun ini, dia dilarang ke luar rumah.
c. Keterangan alat,
(1) Ia memukul ular itu dengan kayu.
(2) Dengan api, kita menguji keaslian logam ini.
d. Keterangan tujuan,
(1) Demi cintanya, dia rela berkorban segalanya.
(2) Supaya naik kelas, kita harus rajin belajar.
(3) Bagi orang tuanya, masalah itu harus dilupakan.
e. Keterangan cara,
(1) Dengan jalan kaki, dia pergi ke sekolah.
(2) Secara berhati-hati, polisi membuka pintu rumahku.
f. Keterangan penyerta,
(1) Dengan adiknya, dia pergi ke Jakarta.
(2) Bersama orang tuanya, Imam melamar kekasihnya.
g. Keterangan similatif,
(1) Bagai tersambar petir, dia menerima berita itu.
(2) Seperti anjing dan kucing saja, jalinan persahabatan mereka.
h. Keterangan sebab,
(1) Ia tidak masuk sekolah, karena sakit.
(2) Dia tidak takut, sebab ayahnya pejabat.
i. Keterangan resiprokal (kesalingan)
(1) Ia dan kekasihnya mencintai satu dengan lainnya.
(2) Ali dan Amir memukul satu sama lainnya. 
Jumat, 21 Oktober 2011 0 komentar

DRAMA


Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahawa Yunani, yaitu dari kata 'dran' atau 'draomai' yang berarti 'berbuat atau bertindak'. Hal ini karena drama mengutamakan gerak atau perbuatan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak atau bentuk seni yang melukiskan sikap dan kehidupan manusia melalui gerak.Jadi, drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan perkehidupan melalui tindakan, perilaku, dan dialog.

0 komentar

PROPOSAL


Proposal berasal dari bahasa Inggris to propose yang berarti usulan. Proposal memang diartikan sebagai karangan /tulisan yang dibuat untuk mengusulkan sesuatu, misalnya akan mengadakan kegiatan tertentu, melakukan penelitian tertentu, atau akan mendirikan bangunan tertentu. Proposal dibuat untuk diajukan kepada pihak yang berwenang di bidangnya; misalnya OSIS suatu sekolah akan menyelenggarakan peringatan Isra Mikraj, maka proposal dibuat dan diajukan kepada kepala sekolahnya.

Secara garis besar, proposal dapat digolongkan menjadi 3 macam,yaitu :
a. Proposal kegiatan,yaitu proposal yang dibuat ketika akan menyelenggarakan kegiatan tertentu. Misalnya :   proposal kegiatan peringatan KUT Kemerdekaan RI di sekolah, proposal pentas seni siswa di sekolah,dll.
b.Proposal penelitian, yaitu proposal yang dibuat ketika akan membuat penelitian tertentu.Misalnya : proposal untukmembuat skripsi, tesis, disertasi, tugas akhir, atau penelitian jenis lainnya.
c. Proposal proyek, yaitu proposalyang dibuat ketika akan membangun atau mendirikan bangunan tertentu. Misalnya : proposal pembangunan sekolah, jembatan, taman, dll.
Amfibi Web Search & Directory

Free SEO Tools

Submit ExpressSEO Services & Tools
Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
 
;